Seperti Menanam Padi

Oleh: Zaldo Christo, Alumni batch I
Lelaki paruh baya dengan kacamata hitam seperti artis rockstar. Panggil saja roni. Badannya yang lemas seperti belum makan tersebut berjalan menuyusuri salah satu gedung pencakar langit di jakarta. Gerak-geriknya yang perlahan memudahkan seseorang untuk mengejeknya seorang banci. Bibir yang hitam seperti burung gagak tersebut jelas sekali menandakan begitu banyak nikotin yang telah masuk ke dalam tubuhnya. Bulu kaki yang terlihat jarang-jarangnya sangat menganggu penampilannya sendiri.

Roni sedang melihat-lihat baju yang akan dipakainya untuk acara pernikahan temannya besok. Untung sekali dia baru gajian. Meskipun tidak banyak, setidaknya cukup untuk membeli jas baru nanti. Roni mulai masuk ke salah satu toko jas di mall besar terserbut. “maaf, berapa ini mba?” tanya roni. “murah saja mas, 900.000” jawabnya. Dengan muka yang kesal roni menyeletuk sendiri dalam hatinya sambil mengucapkan terimakasih kepada mba penjual baju tadi. “jelas saja dia bilang murah, ternyata dia yang punya.” Tawa kecil mulai menghiasi muka roni. Di sela-sela perjalanannya tanpa disadari roni melihat dompet seorang perempuan cantik menggunakan kupluk dengan hidung bangir yang kelihatan sedang berjalan terburu-buru seperti ketinggalan pesawat. Tak sempat roni berbicara untuk berniat mengembalikannya perempuan tadi menghilang. Roni yang tidak tega dengan perempuan tadi berusaha mencarinya hingga berputar-putar di sekitar mall. Tapi tak ditemukannya lagi perempuan tadi. Meski awalnya takut untuk membuka dompet perempuan tadi, terpaksalah roni mengintip sambil melihat sesuatu yang mungkin bisa membantu menemukan pemilik dompet ini. Saat melihat dompet macan dengan motif loreng itu tak ditemukannya satupun tanda pengenal, terlihat seperti hanya uang sebesar 1 juta di dalamnya beserta kartu kredit dan atm. Roni mencoba berpikir lagi apa yang harus dilakukan.

Matahari mulai mau tenggelam namun tak ditemukannya perempuan cantik dengan kulit seputih susu tadi. Roni juga belom menemukan jas dengan harga yang cocok dengan pendapatannya saat ini. Mulai terpikirlah oleh roni untuk memakai duit tadi untuk membeli jas. Dalam kehati-hatiannya yang sok tahu, ia berpikir bahwa itu duit yang dikasih Tuhan untuk dia membeli jasnya. Setengah jam lamanya roni kembali berdiskusi dengan otak dan hatinya. Dia mencari jalan keluar dan melihat sisi baik dan buruknya. “mungkin mba yang tadi juga membutuhkan duit ini sama seperti aku. Atau bahkan lebih. Aku tidak boleh egois.” Satu sisi hati roni juga berkata jika perempuan tadi kembali paling roni hanya diberikan ¼ atau bahkan 1/8 nya saja. Itu tidak membantu roni membeli jasnya untuk besok.

Hari sudah mulai malam, tidak terasa 3 jam hampir berlalu sekedar menunggu perempuan itu. Roni berjalan meninggalkan lobby mall tadi untuk menunggu di luar. Pohon-pohon di depan gedung tersebut mulai bergoyang, seluruh benda disekitar roni seakan-akan mau membenarkan dan menyalahkan hati roni. Jelas saja dia mulai pusing. Di pertengahan malam itu, jam 8 malam tepatnya datanglah seorang perempuan dengan rambut pirang coklat menghantam bahunya ditemani sepatu tinggi yang kelihatan sedikit menyiksanya keluar dari arah mobil sport sambil berlari ke arah satpam di depan mall. Berteriak-riaklah perempuan tadi dengan kencangnya seperti menanyakan sesuatu. Roni yang hanya melihat dari kejauhan awalnya tidak sadar siapa dia karena awalnya perempuan tersebut menggunakan kupluk di kepalanya. Semakin kewalahan untuk melihat perempuan tadi, datanglah roni ke arahnya. “bapa harus bertanggung jawab atas keamanan disini. Saya kehilangan dmpet saya yang dibeli di amerika serikat dengan harga 200.000$ bukan uangnya . saya tidak perduli dengan uangnya”. sambil mengomel-ngomel ke arah satpam datanglah roni yang berjalan seperti tidak tahu apa-apa. Karena dompet perempuan tadi ditenteng oleh roni habislah kata-katanya memarahi penjaga mall itu. “itu dompet saya, dimana anda menemukannya?” . “ ini terjatuh saat mba berlarian seperti dikejar pesawat.” Terimakasih yang tak kunjung habis diucapkan perempuan itu seperti menemukan air di padang pasir. Dia bilang bahwa dompet tadi adalah pemberian ibunya sebagai hadiah ulang tahun. Jadi sdompet itu sangat disayang olehnya. Selain mahal juga krena dompet itu berharga.

Setelah mengembalikan dompet tadi roni merasa puas karena berbuat baik dan mau sabar untuk membantu orang lain. Roni juga diberikan sedikit imbalan terimakasih yang ternyata jumlahnya 2 kali lipat dari yang ada di dompet itu. Tak lama-lama roni langsung berangkat membeli jas untuk diapakai ke acara besok dan semuanya berjalan dengan lancar. Memang perbuatan baik selalu mendapat balasan, meskipun tidak harus secara langsung kesabaran sangat diperlukan. Be positive!

Tinggalkan komentar